Kali ini Saya akan berbagi Contoh Teks Ulasan dari film yang pernah Saya tonton yang berjudul "Tanah Surga Katanya" langsung saja kebahasannya...
“Tanah Surga Katanya”
Sebuah film yang
berceritakan seorang warga negara Indonesia yang cinta terhadap tanah air
Indonesia ini mengadung pesan moral yang
amat tinggi yang akhir-akhir ini sering terabaikan. Film ini berjudul “Tanah
Surga Katanya” , dapat dilihat dari judulnya film ini merupakan sebuah sindiran
halus pada pemerintah Indonesia dari daerah perbatasan negara Kalimantan Barat.
Salah satu tokoh dalam
film ini adalah seorang pahlawan RI yang pernah berjuang merebutkan kemerdekaan
Indonesia. Maka dari itu beliau sangat cinta terhadap bangsa Indonesia. Beliau
diwakili oleh tokoh yang bernama Hasyim, beliau adalah kakek dari Salman dan
Salina. Salman dan Salina adalah kakak beradik yang tinggal dengan kakeknya
diperbatasan negara Indonesia dengan Malaysia tepatnya di Kalimantan Barat, ibu
dan neneknya yang sudah meninggal dan ayahnya yang merantau di negeri tetangga
untuk mencari kesejahteraan hidup.
Dalam film “Tanah Surga
Katanya” sikap moral yang disarankan kepada penonton adalah bersyukur. Warga
Indonesia yang telah berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan Indonesia ini yang
tinggal di perbatasan negara Indonesia dengan Malaysia kehidupan sehari-harinya
sangatlah terbatas, sedangkan para pejabat negara yang menikmati fasilitas
serba mewah dari negara jusru malah menyalahgunakan kewajibannya. Tak hanya
sarana pendidikan saja akan tetapi sarana jaminan kesehatan pun masih sangat
minim, dengan di tambah rumah sakit yang jauh dari kampung. Jika ingin pergi
berobat atau merujuk ke rumah sakit harus melalui perjalanan yang sangat jauh
dan sarana transportasi juga sangat sulit bilapun ada ongkos transportasinya
akan sangat mahal.
Layaknya dongeng anak
dalam majalah, film “Tanah Surga Katanya” menyampaikan ajaran moral pada
anak-anak untuk bangga dan cinta kepada negaranya sendiri. Terlihat saat saat
Ibu Astuti satu-satunya guru yang mengajar di daerah tersebut, ketika beliau
menanyakan PR nya menggambar bendera merah putih pada anak didiknya kelas 3 SD,
hasilnya sangat mengejutkan. Setelah semua PR mereka angkat hampir semua salah
dalam mengambar bendera merah putih, akan tetapi hanya ada satu anak yang dapat
menggambar bentuk dan warna bendera merah putih yang benar, siswa itu bernama
Salina. Salina ialah adik dari Salman
yang merupakan siswa pintar di kelas 4 dibandingkan dengan teman-temannya yang
lain. Kedua anak itu ialah cucu dari Kakek Hasyim. Tiap malam Kakek Hasyim
mendampingi kedua cucunya belajar, tak hanya mendampingi saja akan tetapi
setiap malam pula sang kakek selalu menceritakaan pengalamannya pada saat
melawan penjajah dan tentang seputar tanah Indonesia. Kejadian yang lebih
mengejutkan dari siswa-siswi di sana ialah tak hanya mereka tidak mengetahui
bendera merah putih saja, pada saat Ibu Guru Astuti pergi ke Kota ada
keperluan, sekolah di ajar dengan seorang dokter baru di tempat itu yang biasa
dipanggil Dokter Intel, pada saat Dokter Intel menyuruh anak-anak kelas 3 dan 4
menyanyikan lagi kebangsaan Indonesia, mereka malah menyanyikan lagu Kolam Susu.
Jauh lebih mengenaskan
lagi, warga disana adalah warga negara Indonesia akan tetapi mata uang yang
digunakan disana ialah mata uang negara Malaysia yaitu ringgit dan bahasa yang
mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari pun bahasa Melayu. Ini terlihat saat
Pak Dokter baru datang ke kampung itu dan dia memberikan upah kepada salah satu
anak kampung itu karena dia telah membantu membawakan barang-barangnya dari
kapal ke rumah Kepala Dusun. Pak Dokter baru tersebut memberikan uang kepada
anak tersebut sebesar Rp.50.000 akan tetapi anak itu malah kaget dan bertanya
“uang macam ini? Saya tak pernah melihat uang macam ini.” Ini dikarenakan
hampir seluruh warga disana mencari uang di negeri tetangga yang lebih dekat
dan lebih mudah. Digambarkan di film ini perbatasan negara Indonesia dengan
Malaysia hanya berbatasan jalan tanah dan jalan aspal. Jalan tanah berarti
mulai masuk Indonesia dan jalan aspal bertanda bahwa telah masuk wilayah
Malaysia.
Tekanan batin sang kakek
yang cinta akan negara Indonesia ini terlihat saat anak Kakek Hasyim yang
bernama Haris atau ayah dari Salman dan Salina berkerja di negara tetangga
yaitu negara Malaysia, suatu ketika setelah 1 tahun di sana dia pun kembali ke
kampung halamannya. Kepulangannya tersebut tidak lain ialah bertujuan untuk
mengajak ayahnya dan kedua anaknya untuk pindah dari kampung halamannya dan
tinggal menetap di Malaysia menjadi warga negara Malaysia secara sah. Alasan
Haris mengajak Kakek Hasyim dan kedua anaknya untuk pindah dan tinggal menetap
di Malaysia ialah di negara Malaysia sana dia merasa kebutuhan hidupnya lebih
tercukupi dan lebih sejahtera, tak hanya itu ternyata Haris sudah menikah lagi
dengan wanita Malaysia. Kakek Hasyim terus menolak ajakan anaknya tersebut
dikarenakan alasannya yaitu kakek telah berjuang dari jaman dahulu untuk
mengabdi kepada negara ini merebutkan sebuah kemerdekaan, sehingga Kakek Hasyim
tidak mau meninggalakan tanah air yang sudah ia susah payah pertahankan.
Akhirnya Haris hanya membawa anak perempuannya saja untuk berpindah ke
Malaysia, karena ayahnya tidak mau ikut berpindah ke Malaysia dan Salman lebih
memilih tinggal dengan kakeknya di kampung.
Sebuah sindiran halus
kepada pejabat yang waktu itu datang mengunjungi kampung ini pun terjadi dari
puisi yang dibacakan oleh Salman saat dipertunjukan penyambutan pejabat yang
sedang mengunjungi kampung tersebut. Nampak secara tiba-tiba muka pejabat ini
manjadi kesal karena mendengarkan puisi yang dibacakan oleh Salman yang
berjudul “Tanah Surga Katanya”, didalam puisi tersebut ia membawa nama kakeknya
dengan kalimat “...tapi kata kakekku...”.
Tak hanya tekanan batin
saja yang tergambarkan di sini akan tetapi tekanan ekonomi terjadi pula pada
keluarga Kakek Hasyim. Kehidupan kakek dan Salman dikampung yang serba minim
sedangkan ayah Salman yang berkecukupan di negara tentangga. Pada saat penyakit
kakek semakin parah dan harus dibawa ke rumah sakit pun terkendala biaya. Ini
menyebabkan Salman selain ia bersekolah ia juga berkerja mengantarkan barang
dagangan ke pasar negara tetangga tersebut untuk mendapatkan uang guna
membiayai berobat kakeknya. Pasarnya tidak jauh dari kampung itu, karena hanya
cukup dengan jalan kaki melewati perbatasan darat yang hanya digambarkan
perbedaan jalan tanah dan aspal, maka akan sampailah ke pasar. Pada saat
mencari uang ke pasar Malaysia terdekat Salman bertemu dengan ayahnya dan
Salina.
Sebuah pesan moral yang
amat dalam tercipta dalam film ini yaitu saat Salman mengantarkan dangannya ke
pasar Malaysia terdekat ia melihat kain merah putih yang digunakan untuk kain
pembungkus dagangan oleh salah seorang pedagang di pasar tersebut. Dia tidak
tahan melihat sang saka merah putih diperlakukan semacam itu. Saat dia telah
membeli 2 sarung yang niatnya akan di berikan untuk kakeknya, akhirnya dengan
melihat hal semacam itu Salman memberikan salah satu sarung tersebut kepada
pedangan tersebut untuk di tukarkan dengan kain merah putih. Dan akhirnya
Salman pulang ke kampungnya dengan membawa bendera marah putih yang ia kibarkan
sambil dibawanya berlari pulang.
Cerita penutup yang
begitu menyentuh hati. Cerita ini diakhiri ketika penyakit kakek Hasyim pada
saat itu sampai puncak keparahannya,dan Dokter Intel pun menyarankan kakek
untuk dibawa ke rumah sakit. Dan disaat inilah Salman memberikan uang yang
telah ia dapat dan kumpulkan dari hasil kerjanya ia berikan kepada Dokter Intel
dan Bu Astuti untuk membawa Kakek Hasyim ke kota untuk dirawat di sana.
Keesokan harinya pun kakek Hasyim, Salman, Dokter Intel, dan Bu Astuti pergi ke
kota terdekat untuk membawa Kakek Hasyim ke rumah sakit dengan menggunakan perahu
tradisonal. Perjalanan yang amat panjang ini menyebabkan Kakek Hasyim tidak
tertolong. Kakek Hasyim meninggal dalam perjalanan. Dan saat itu pula justru
Haris sedang asik memeriahkan kemenangan sepak bola Malaysia atas kekalahan
Indonesia.
Peristiwa bertemu Salman dengan Salina dan ayah
saat dia pergi ke pasar untuk mengantar
dagangan tersebut terlihat sangatlah mudah sekali. Ini tidak wajar dalam
kehidupan dunia nyata. Salman yang tidak tau Malaysia, hanya dengan asal jalan
dia bertemu dengan adik dan ayahnya. Dimana seharus orang pembantu yang
menemukankan ayah dan anaknya ini. Dan tidak masuk akal Salman seorang anak
yang duduk di kelas 4 SD bisa hafal jalan pulang yang baru ia temukan sekali
itu, itu pun hanya asal dia berjalan untuk menemui rumah ayahnya yang ada di
Malaysia.
Penggambaran kecintaan pada tanah air yang
sangat bagus dan menyampaikan pesan moral yang sangat dalam. Film musikal yang
bercerita cinta tanah air dengan iringi lagu kebangsaan saat terjadi peristiwa
yang luar biasa, menambah nilai postif dalam penyampaian pesan di film “Tanah
Surga Katanya”.
Dalam cerita film “Tanah Surga
Katanya” dapat kita ambil kesimpulan bahwa negara Indonesia ini sangatlah luas.
Untuk mencapai kata makmur dan sejahtera untuk seluruh Indonesia ini sangatlah
sulit, dibutuhkan kerja yang ekstra dari seluruh warga negara. Rasa cinta tanah
air perlu ditanamkan sejak dini karena dengan menanamkan rasa cinta tanah air
sejak dini generasi muda akan terbiasa dengan cinta terhadap tanah airnya.
Apalagi ditengah zaman globalisai semacam ini jika tidak ditanamkan rasa cinta
tanah air sejak dini maka hancurlah negeri ini dan kembali dijajah lagi.
Sekian & Terima Kasih Semoga bisa bermanfaat bagi Sobat...
Napa Background nya Date A Live, BTW THANKS JADI KE BANTU TUGAS SAYA TENTANG TANAH SURGA
ReplyDelete